Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | 4 Juli 2025 — Suasana pagi di Kampus Politeknik Negeri Fakfak yang terletak di Jl. Kadamber Kompleks Air Merah, mendadak semarak pada Jumat (4/7).
Kursi-kursi penuh oleh pejabat daerah, dosen, mahasiswa, dan tamu undangan. Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba: Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D.
Di podium sederhana di aula kampus, Bupati Fakfak, Samaun Dahlan, S.Sos., M.AP., berdiri dengan semangat menyambut sang menteri. Kalimat pertamanya langsung mengundang tepuk tangan:
“Terima kasih Bapak Menteri, terima kasih karena hari ini bisa tiba di Fakfak. Ini sungguh luar biasa. Hari ini spesial sekali.”
Sambutan itu bukan basa-basi. Kedatangan Menteri Brian Yuliarto memang dinilai penting bagi masa depan pendidikan tinggi di Fakfak. Bupati Samaun tak ragu memuji kerja keras semua pihak dalam membangun Politeknik Negeri Fakfak — kampus vokasi yang kini menjadi kebanggaan kabupaten.
Bupati berkisah bagaimana dirinya dan para pendahulu berjuang mendirikan kampus ini. Ia menyinggung pengalaman saat dirinya masih menjabat sebagai Sekda, mendampingi Bupati kala itu, Muhammad Uswanas.
“Kulit Bintil—sebutan untuk kampus ini—kami perjuangkan habis-habisan. Bahkan logo dan mars kampus dibuat hanya dalam satu malam. Ceritanya panjang sekali,” kenang Samaun.
Tawa hadirin pecah, tapi suasana tetap khidmat.
Bupati kemudian menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak, terutama kepada Wakil Bupati Fakfak Drs. Donatus Nimbitkendik, M.T, yang menurutnya memiliki visi besar untuk pendidikan. Ia mengingatkan bahwa kunjungan ini bukan hanya seremoni, melainkan momen penting untuk memperkuat komitmen membangun generasi terdidik di Tanah Mbaham.
Namun sambutan Samaun Dahlan tak hanya soal nostalgia. Ia memanfaatkan momen di hadapan sang Menteri untuk melobi. Dengan nada serius, ia memaparkan kebutuhan vital Fakfak yang tengah bersiap menghadapi investasi besar di sektor minyak dan gas.
“Pak Menteri, kami harap Politeknik ini membuka jurusan khusus migas. Ada investasi besar, pabrik pupuk yang akan dibangun dengan nilai investasi lebih dari Rp1,1 triliun. Kami ingin anak-anak Fakfak yang bekerja di sana, bukan orang dari luar,” tegasnya.
Ia juga menyinggung potensi migas di Fakfak — salah satu ladang gas terbesar di Asia Tenggara. Dengan temuan sumur-sumur baru, Fakfak tak ingin hanya menjadi penonton.
“Kami sudah rencanakan kerja sama dengan perusahaan, agar lulusan politeknik bisa magang langsung di pabrik. Kita siapkan SDM lokal yang benar-benar siap pakai,” kata Bupati.
Ia juga meminta dukungan kementerian untuk memperluas kerja sama industri, agar politeknik memiliki laboratorium yang mumpuni dan program studi sesuai kebutuhan industri.
Terakhir, dengan rendah hati, Samaun Dahlan meminta maaf bila pelayanan selama kunjungan sang Menteri belum maksimal.
“Mohon maaf kalau pelayanan kami hari ini kurang menyenangkan. Kami sangat senang dan bangga Bapak Menteri datang. Ini jadi kepercayaan besar bagi kami,” pungkasnya.
Tepuk tangan panjang menutup sambutan itu. Sejurus kemudian, Prof. Brian Yuliarto tersenyum, mengangguk, lalu bersiap memberikan kuliah umum.
Di kampus kecil yang terus berbenah ini, hari itu menjadi tonggak sejarah — bukan hanya bagi Politeknik Negeri Fakfak, tapi juga bagi mimpi besar mencetak generasi Fakfak yang mampu mengelola kekayaan alamnya sendiri.
Komentar