Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Pemerintah Kabupaten Fakfak melalui Dinas Perkebunan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam sebuah riset penting: mengungkap misteri jenis kelamin pohon pala Tomandin.
Riset ini dinilai krusial untuk mempercepat pengembangan dan meningkatkan produktivitas salah satu komoditas unggulan Fakfak yang telah mengantongi sertifikasi Indikasi Geografis (IG).
Dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Otih Rostiana, M.Sc, Peneliti Ahli Utama dari BRIN, tim riset turun ke delapan lokasi tersebar di Kabupaten Fakfak. Mereka mengumpulkan sampel berupa buah tua, daun, serta bakal bunga jantan dan betina dari tanaman pala Tomandin.
“Pala Tomandin, seperti pala di daerah lain, merupakan tanaman dioecious atau berumah dua. Artinya, pohon jantan hanya menghasilkan bunga jantan dan tidak berbuah, sedangkan pohon betina yang menghasilkan buah pala dan fuli bernilai ekonomi,” kata Otih.
Masalahnya, jenis kelamin pala tidak dapat dikenali sejak dini secara visual. Ini membuat para pekebun sering berspekulasi dalam penanaman.
Kondisi tersebut berdampak pada pola dan jarak tanam di kebun. Banyak petani yang menanam bibit pala tanpa kepastian, lalu harus menunggu bertahun-tahun hanya untuk menemukan pohon tersebut ternyata jantan dan tidak berbuah.
Riset ini bertujuan menjawab persoalan itu. “Kami ingin menemukan penanda molekuler yang akurat untuk membedakan jenis kelamin pala sejak dini, melalui karakter morfologi daun, bentuk biji, postur pohon, hingga isolasi RNA dan DNA,” ujar Otih.
Penelitian ini akan dijalankan dalam empat tahapan, yakni identifikasi, verifikasi, validasi, hingga quality control penanda genetik. Diharapkan dari hasil riset ini dapat dibentuk peta genetik pala Tomandin yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perbanyakan bibit unggul.
Widhi Asmoro Jati, ST, MT, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, menjelaskan bahwa pihaknya kini tengah mengembangkan perbanyakan tanaman pala secara generatif (melalui biji) maupun vegetatif (dengan sistem sambung atau grafting).
“Kami ingin mempercepat masa tumbuh dan produksi. Jika jenis kelamin bisa diketahui sejak awal, kami dapat memastikan penanaman pohon betina lebih dominan,” katanya.
Idealnya, dalam satu kebun pala, rasio penanaman adalah satu pohon jantan untuk setiap 8–10 pohon betina. Dengan rasio ini, penyerbukan tetap terjamin, dan produktivitas buah bisa dimaksimalkan.
Kolaborasi BRIN dan Pemda Fakfak ini menjadi harapan baru bagi masa depan komoditas pala Tomandin. Bukan hanya untuk meningkatkan produksi, tetapi juga sebagai langkah strategis mengangkat kesejahteraan kesejahteraan pekebun melalui sains dan inovasi.
Komentar