Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Setelah beberapa kali tertunda, Bupati Fakfak Samaun Dahlan, S.Sos., M.AP bersama Wakil Bupati Drs. Donatus Nimbitkendik, M.T akhirnya mengunjungi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pala Fakfak, Kamis (8/5).
Turut hadir dalam kunjungan tersebut Kepala BPKAD Fakfak Achmad Pellu dan Ketua Tim Percepatan yang juga Ex Dewan Pengawas PDAM Fakfak Charles Kambu.
Kunjungan ini menjadi momentum penting untuk menyikapi langsung berbagai persoalan serius yang tengah melilit PDAM Fakfak, mulai dari struktur organisasi yang belum berjalan normal hingga kualitas dan distribusi air bersih yang buruk.
PDAM Krisis Kepemimpinan dan Tenaga Operasional
Dalam pertemuan bersama pimpinan dan staf PDAM, Bupati Samaun mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi organisasi yang tak kunjung stabil.
“Saat ini PDAM belum memiliki direktur aktif dan struktur di bawahnya juga masih kosong. Dewan Pengawas pun belum dibentuk kembali setelah dua anggota sebelumnya menyelesaikan masa tugasnya,” ungkapnya.
Samaun menyatakan bahwa pihaknya akan segera menyiapkan struktur organisasi yang definitif dan melantik jajaran baru dalam waktu dekat agar operasional PDAM bisa kembali berjalan normal.
Distribusi Air Buruk, Air Mengalir 8 Hari Sekali
Persoalan air bersih menjadi sorotan utama dalam kunjungan tersebut. Masyarakat di wilayah Wagom, dan sekitarnya mengeluhkan air hanya mengalir 8 hari sekali, itupun pada malam hari dan dalam kondisi keruh.
Bupati mengaku terkejut saat mengetahui langsung kondisi air di rumahnya.
“Saya sendiri kaget, air yang masuk ke rumah saya kotor sekali, seperti becek. Ini menandakan belum ada sistem penyaringan yang berjalan baik di PDAM,” ujarnya tegas.
Laporan Keuangan Mandek, Dua Tahun Tidak Setor Laba
Tak hanya soal teknis, PDAM juga menghadapi masalah administratif. Dua tahun terakhir (2023–2024), PDAM belum menyetor laba ke kas daerah karena laporan keuangan yang belum rampung.
“Tahun 2022 masih setor meski kecil. Tapi dua tahun terakhir belum ada laporan. Ini pasti jadi sorotan Badan Pemeriksa Keuangan,” tambah Bupati.
Kekurangan Tenaga dan Mesin Rusak Hambat Operasional
Jumlah tenaga kerja di PDAM juga sangat minim. Dari total 32 orang, hanya 19 berstatus pegawai tetap, sisanya adalah tenaga honorer. Selain itu, banyak mesin distribusi yang mati dan pompa air belum dilengkapi panel, membuat sejumlah bak penampungan tidak bisa difungsikan.
Wabup Donatus: Benahi Struktur, Cek Aset, Lanjutkan Operasional
Wakil Bupati Donatus Nimbitkendik menegaskan pentingnya langkah sistematis dalam membenahi PDAM. Ia menyebut tiga langkah utama: pembenahan struktur manajemen, inventarisasi dan evaluasi aset, serta percepatan operasional air bersih.
“Setelah struktur manajemen terbentuk, kita harus pastikan aset seperti mobil tangki, mesin, dan bak penampung berfungsi. Baru kemudian kita lanjut ke operasional distribusi air,” jelas Donatus.
Ia juga menyoroti pentingnya pembentukan Dewan Pengawas yang berfungsi aktif mengawal kinerja PDAM.
Air Adalah Prioritas Utama Setelah Listrik
Menutup kunjungan, Bupati Samaun menegaskan bahwa persoalan air menjadi fokus utama pemerintah setelah sebelumnya berhasil menstabilkan pasokan listrik.
“Kalau kemarin kita sudah tuntaskan soal listrik, maka sekarang air bersih jadi perhatian kami berikutnya. Dunia dalam gelap karena tanpa lampu, dan dunia juga menderita karena kehausan tanpa air,” tutupnya dengan pernyataan yang menggugah.
Writter : Red | Editor : Red
Komentar