Beri Kuliah Umum Pengenalan Kehidupan Kampus, Ini Harapan Gubernur Paulus Waterpauw Bagi Maba POLINEF Fakfak

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com; Penjabat Gubernur Papua Barat Komjen Pol (Purn) Drs. Paulus Waterpauw membuka sekaligus memberikan kuliah umum kepada Ratusan Mahasiswa Politeknik Negeri Fakfak dalam rangka Pengenalan Kehidupan Kampus bagi para Mahasiswa Baru (Maba).

Waterpauw dalam perkuliahannya, mengimbau kepada para Mahasiswa agar proaktif berdiskusi, terkait masalah atau isu-isu terkini di Papua Barat.

Penjabat Gubernur Papua Barat Komjen Pol (Purn) Drs. Paulus Waterpauw, M.Si di Dampingi Wakil Bupati Fakfak Yohanna Dina Hindom, SE., M.M dan Ibu Roma Megawaty saat menyematkan ID Card kepada Mahasiswa Baru Polinef Fakfak | Foto Istimewa Kabarsulsel-Indonesia.com

“Pertama saya mengucapkan selamat kepada para maba Politeknik Negeri Fakfak (Polinef). Semoga kegiatan ini dapat memberikan bekal baik bagi adik-adik mahasiwa yang akan memulai studinya. Tentu harapannya, sebagai Mahasiswa agar proaktif berdiskusi mengenai isu-isu terkini di Papua” Ungkap Waterpauw di Auditorium Polinef, Senin (4/9/2023).

Mantan Kabaintelkam Mabes POLRI itu juga mengatakan, jika saat ini pihaknya masih terus berfokus pada persoalan stunting, hal ini dikarenakan angka prevalensi stunting per juli 2023 mencapai 11,80 persen. Ungkap Waterpauw yang akrab di panggil Kaka Besar.

Dikatakan pula jika persoalan stunting muncul sejak memasuki dunia pernikahan, sehingga harus diperhatikan dengan baik.

“Lalu indeks pembangunan manusia kita juga tergantung dengan persoalan ini, karena kalau kita lihat angka IPM kita papua barat masih jauh di bawah rata-rata nasional, yakni 65,89 dengan predikat terendah kedua se-Indonesia,” jelasnya.

Pj. Gubernur Papua Barat Komjen Pol (Purn) Drs. Paulus Waterpauw, M.Si berpose bersama civitas akademika Polinef Fakfak

Tak hanya sebatas stunting, dalam kuliah umum ini pun Kaka Besar juga mengemukakan jika Provinsi Papua Barat masih tergolong dalam tingkat kemiskinan esktrem termasuk Kabupaten Fakfak, yang mana pada tahun 2022 memiliki presentase 9,38 persen.

“Hal-hal ini perlu juga didiskusikan bersama mahasiwa untuk melahirkan solusi,” tandasnya.

Waterpauw juga menyentil angka putus sekolah yang masih terbilang tinggi di Papua Barat, dimana berdasarkan rilisan data tahun 2022 terdapat 68.988 anak putus sekolah.

“Ini juga perlu didiskusikan bersama, mengapa sampai bisa putus sekolah dan yang bapak lihat di berbagai daerah memang masih banyak faktor yang mempengaruhinya, dari tingkat ekonomi dan ketidakseriusan belajar,” sesal Paulus.

Untuk itu, ia meminta kepada mahasiwa  Polinef agar memperhatikan persoalan tersebut dan tidak menjadi mahasiswa yang cuek atau apatis.

“Sebagai mahasiwa harus melahirkan gagasan-gagasan segar yang dapat melahirkan solusi-solusi atas persoalan,” ucapnya.

Lelaki kelahiran Fakfak itu berpesan pula kepada para Maba agar tetap tekun belajar, bersungguh-sungguh, dan bekerja keras mewujudkan impian.

Di akhir segmen kuliah umumnya, Waterpauw juga berkisah soal pengalaman hidupnya termasuk saat lahir hingga menempuh pendidikan SD hingga kelas 4 di Fakfak.

Komentar