Agar Dunia Tahu Mutu Pala Tomandin, Dinas Perkebunan Fakfak dan MPIG-PTF Tempel Pamflet Edukasi di Jantung Niaga

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Di tengah geliat perdagangan rempah di Fakfak, sebuah langkah senyap namun strategis dilakukan Dinas Perkebunan Fakfak bersama Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Pala Tomandin Fakfak (MPIG-PTF).

Pada Kamis, 8 Mei 2025, pamflet-pamflet berisi ajakan menjaga mutu dan kualitas pala Tomandin menempel di dinding-dinding tempat usaha grosir dan pengepul pala.

Himbauan yang sederhana, namun sarat makna: jaga kualitas, jaga harga diri rempah unggulan Fakfak di mata dunia.

Langkah ini bukan tanpa dasar. Sejak diberlakukannya Perda Fakfak Nomor 8 Tahun 2023 dan Perbup Nomor 9 Tahun 2025 tentang pajak dan retribusi daerah, perhatian terhadap kualitas produk daerah, khususnya pala Tomandin, semakin ditingkatkan.

Dinas Perkebunan tak ingin rempah khas Fakfak ini kehilangan identitasnya hanya karena ulah ceroboh dalam penanganan pascapanen.

“Kami tak hanya datang menempel pamflet. Ini bentuk pendekatan kultural dan edukatif. Kami ajak diskusi, kami rayu dengan logika dan fakta. Agar para pedagang—baik grosir antar pulau maupun pengepul lokal—tergerak menjaga mutu pala kita yang telah mendapat pengakuan indikasi geografis,” kata Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST, MT.

Dengan sekitar 55 pelaku usaha tersebar di seantero kota, pemasangan pamflet ini diharapkan menjadi medium komunikasi langsung.

Di dalamnya, tertulis lugas: jangan panen terlalu cepat, keringkan dengan benar, simpan di tempat layak, jangan mencampur dengan jenis pala lain, dan jangan pernah memakai bahan kimia yang bisa merusak integritas produk.

Semua agar pasar (baik lokal maupun ekspor) tak kehilangan kepercayaan terhadap Pala Tomandin Fakfak.

Pamflet ini juga memuat kontak langsung bagi mereka yang ingin tahu lebih dalam, termasuk kanal resmi media sosial Dinas Perkebunan.

Tujuannya satu: memperluas jangkauan edukasi dan memastikan tidak ada lagi petani atau pedagang yang abai terhadap standar kualitas.

Safi Yarkuran, perwakilan MPIG-PTF, turut serta dalam pemasangan pamflet dan memberikan edukasi langsung kepada pelaku usaha.

Baginya, mempertahankan ciri khas dan keaslian Pala Tomandin adalah tanggung jawab moral semua pihak yang terlibat dalam rantai produksi.

“Mutu adalah identitas. Jika kita biarkan standar turun, maka hilang sudah jati diri Pala Tomandin. Kami ingin ini menjadi warisan yang tidak hanya harum, tapi juga berharga secara ekonomi,” ucap Safi.

MPIG-PTF yakin, ketika mutu terjaga sesuai standar indikasi geografis, maka nilai jual akan meningkat, dan petani pun merasakan manfaat ekonominya secara langsung. Bukan hanya sekadar rempah, pala Tomandin adalah simbol martabat dan kebanggaan Fakfak di pasar global.

Writter : Red | Editor : Red

Komentar