Di Tangan Danrem 182/JO, Program Pangan TNI Menemukan Nafas Baru

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Di Distrik Tomage, pagi bergerak dengan tempo pelan, seolah menunggu seseorang datang memberi aba-aba. Di hamparan kebun yang mulai berjejak rapi, suara sapi dan riak kolam bercampur dengan langkah para prajurit Yonif TP 808/MM yang bekerja tanpa banyak kata.

Sabtu itu, 8 November 2025, Danrem 182/JO Kolonel Inf Irwan Budiana hadir meninjau geliat baru program ketahanan pangan yang kini menjadi jantung kerja Korem 182/JO.

Irwan tiba dengan cara yang tenang, tapi matanya bekerja cepat. Ia menelusuri kandang sapi yang dibangun dari kayu lokal, memeriksa ayam petelur yang ditata dalam ritme produksi harian, dan mengamati ikan-ikan nila yang melintas lincah di kolam buatan prajurit.

Lahan yang dulu dibiarkan apa adanya itu, kini berubah menjadi ruang belajar yang hidup. Setiap sudutnya menjadi bukti bahwa ketahanan pangan bukan slogan, tetapi kerja kolektif yang tumbuh dari ketekunan.

“Saya bangga karena kalian mengubah tantangan menjadi peluang,” ujar Irwan kepada para prajurit, suaranya mengalir seperti seseorang yang terbiasa memimpin dengan teladan, bukan perintah kosong. “Program ini adalah wujud nyata komitmen kita untuk menghadirkan manfaat bagi masyarakat dan satuan.”

Langkah tenang Danrem 182/JO melihat langsung Kandang dan Kolam Ikan di Distrik Tomage | Foto Istimewah KSI

Di bawah kepemimpinannya, program pangan Korem 182/JO tak hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan internal. Irwan menempatkan program ini sebagai jembatan sosial.

Para prajurit belajar teknik beternak dari warga, sementara warga datang untuk mempelajari cara mengelola kolam dan pertanian sederhana. Perlahan, hubungan yang lahir bukan sekadar hubungan keamanan, tetapi hubungan saling percaya.

Di area pertanian, tanaman sayur berdiri dalam barisan rapat seolah menyambut setiap tamu. Tanah Fakfak yang subur dimanfaatkan lewat metode yang terus diperbaiki.

Para prajurit mencatat pola tanam, memetakan musim, dan mencoba membuat kompos sendiri. Irwan memuji cara kerja itu sebagai “inovasi dari bawah,” sesuatu yang tumbuh organik dari kebutuhan sehari-hari.

“TNI bukan hanya penjaga wilayah. Kita juga penjaga keberlanjutan,” katanya. “Ketahanan pangan adalah bagian dari itu.”

Kunjungan Irwan hari itu bukan sekadar formalitas. Ia memberi arahan, menguatkan titik lemah, serta mendorong prajurit untuk terus mencoba gagasan baru.

Dari efisiensi pakan ikan hingga penyusunan sistem rotasi tanaman, semuanya menjadi percakapan kecil yang menyalakan ide-ide baru di lapangan.

Saat siang merayap naik, sinar matahari memantul di permukaan kolam. Irwan berdiri sejenak, memperhatikan ikan-ikan yang bergerak cepat seperti sedang menggambar harapan di dalam air.

Di belakangnya, prajurit melanjutkan pekerjaan dengan semangat yang sama: sederhana, tapi sungguh-sungguh.

Program pangan Korem 182/JO kini berjalan dengan ritme yang lebih teratur, lebih visioner. Dan di tangan Danrem Irwan Budiana, upaya itu menemukan nafas baru. Tak melambung dalam retorika, tetapi bertumbuh dalam tindakan yang terlihat dan dirasakan.

Ketahanan pangan di Tomage mungkin masih perjalanan panjang. Namun arah sudah jelas, pondasi sudah kuat, dan semangat terus menyala.

Semua dimulai dari satu hal: kepemimpinan yang melihat potensi di tempat yang tak selalu diperhatikan.

Komentar