Riset BRIN pada Pala Tomandin Fakfak Mulai Berbuah Hasil: Penentuan Jenis Kelamin Pohon Kian Dekat dari Tahap Benih

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Upaya panjang untuk membaca “rahasia kelamin” Pala Tomandin Fakfak sejak tahap benih mulai menunjukkan titik terang.

Pemerintah Kabupaten Fakfak melalui Dinas Perkebunan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali menurunkan tim peneliti ke berbagai lokasi untuk memperkuat data ilmiah tentang ciri-ciri awal yang membedakan pohon pala jantan dan betina.

Prof. Dr. Otih Rostiana, M.Sc., Peneliti Ahli Utama BRIN bersama Tim Dinas Perkebunan Fakfak saat melakukan Turlap | Foto Istimewah KSI

Riset ini dipimpin oleh Prof. Dr. Otih Rostiana, M.Sc., Peneliti Ahli Utama BRIN, yang sejak beberapa tahun terakhir menelusuri karakter Pala Tomandin—pala khas Fakfak yang sejak ratusan tahun lalu menjadi komoditas penting Papua Barat.

“Tahun ini kami turun untuk kedua kalinya melihat perkembangan Musim Barat. Sampel diambil dari beberapa titik, baik wilayah barat, timur, gunung, maupun selatan—mulai dari buah tua, daun, bakal bunga jantan dan betina hingga biji pala tua,” ujar Prof. Otih.

Pala Tomandin termasuk tanaman dioecious—berumah dua—yang membuat pembudidayanya selama ini bergantung pada keberuntungan.

Pohon jantan tidak menghasilkan buah, sementara pohon betina baru menunjukkan produktivitas ketika memasuki usia 7–9 tahun. Keterlambatan inilah yang membuat penentuan jenis kelamin sejak dini menjadi riset penting dan strategis.

Merunut Jejak Genetik Pala Fakfak

Pada penurunan lapangan kali ini, tim BRIN mengambil sampel dari Wartutin, Wambar, Kramongmongga, Kokas, dan Fakfak Tengah. Pendekatan morfologi telah dilakukan lama—melihat bobot biji, bentuk daun, hingga ketebalan fuli—namun hasilnya belum cukup stabil untuk digunakan sebagai standar ilmiah.

Karena itu, penelitian diarahkan ke metode molekuler. Prof. Otih menjelaskan bahwa penentuan jenis kelamin pala secara akurat dari stadia benih belum pernah ditemukan di dunia.

Prof. Dr. Otih Rostiana, M.Sc., Peneliti Ahli Utama BRIN bersama Tim Dinas Perkebunan Fakfak tengah bersama pemilik Pohon Pala dalam rangka riset | Foto Istimewah KSI

Namun riset ini kini memasuki tahap paling krusial: validasi penanda molekuler, yang akan diuji di Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN Jakarta.

Rangkaian metode molekuler mencakup empat tahap utama, mulai dari ekstraksi DNA hingga penapisan marka spesifik. Dari proses ini diharapkan muncul:

  • Profil fenologi pohon jantan dan betina
  • Karakter morfologi buah, biji, perakaran, dan tunas benih
  • Profil DNA pohon asal PIT (Plasma Nutfah Indonesia Timur)
  • Kandidat marka molekuler untuk membedakan jenis kelamin
  • Rancangan kit deteksi dini jenis kelamin pala

“Jika marka molekuler terverifikasi, kita akan punya alat ilmiah untuk menentukan jenis kelamin pala bahkan sebelum benih ditanam. Ini akan menjadi terobosan besar,” ucap Prof. Otih.

Penelitian ini juga ditargetkan menjadi publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi tinggi.

Dampak Langsung bagi Petani Pala Fakfak

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmro Jati, ST., MT., menilai riset ini sangat penting bagi keberlanjutan ekonomi masyarakat Fakfak.

“Menanam pala tidak boleh lagi berbasis spekulasi. Menunggu 7–9 tahun hanya untuk mengetahui pohonnya jantan atau betina sangat merugikan petani,” ujarnya.

Selama ini, petani mengandalkan kearifan lokal—melihat bentuk daun, ukuran biji, atau sifat tumbuh pohon—untuk menebak jenis kelamin tanaman. Namun metode tersebut tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan sering kali menghasilkan ketidakpastian.

Widhi menekankan bahwa pendekatan riset modern akan memberikan data yang terukur, membantu efisiensi lahan, biaya, dan waktu, sekaligus meminimalkan risiko ekonomi bagi petani.

“Riset ini bukan hanya soal inovasi, tapi juga perubahan cara pandang. Ia memadukan pengetahuan lokal dengan metode ilmiah agar penanaman pala lebih tepat sasaran, adaptif terhadap tantangan, dan memberi dampak ekonomi yang nyata,” katanya.

Harapan Baru dari Tanaman Warisan Seribu Tahun

Di tengah tantangan perubahan iklim dan regenerasi petani, riset BRIN pada Pala Tomandin menawarkan harapan baru. Keberhasilan menemukan penanda jenis kelamin sejak benih akan mengubah praktik budidaya pala di Fakfak—bahkan berpotensi menjadi rujukan nasional dan internasional.

Pala Tomandin bukan sekadar komoditas; ia adalah warisan budaya dan ekonomi yang menghidupi masyarakat pesisir dan pegunungan Fakfak. Melalui riset yang lebih presisi, masa depan komoditas bersejarah ini kini tampak lebih menjanjikan.

Komentar