Ritual Sasi Kerakera di Fakfak: Lelang Pala Werfra Pecahkan Rekor Harga, Adat Jaga Alam dan Ekonomi

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Suara tifa menggema di Kampung Werfra, Teluk Ganasoba, Distrik Furwagi. Sabtu (11/10), masyarakat adat berkumpul dalam suasana khidmat menyaksikan prosesi sakral buka Sasi Kerakera, tanda berakhirnya masa larangan memetik hasil alam dan dimulainya musim panen pala tahun ini.

Tradisi yang telah diwariskan turun-temurun ini bukan sekadar seremoni adat, melainkan sistem ekologis dan sosial yang mengatur ritme kehidupan masyarakat Fakfak. Sasi menjadi bentuk penghormatan terhadap alam dan wujud kesadaran kolektif agar sumber daya alam dimanfaatkan secara berkelanjutan dan adil.

Begitu tali sasi dilepaskan oleh tetua adat, suasana berubah menjadi riuh penuh sukacita. Daun pala yang bergoyang di bawah sinar matahari menjadi pertanda musim rezeki tiba.

Lelang Pala Buka Sasi: Harga Tertinggi Capai Rp 550 Ribu per Seribu Biji

Salah satu puncak kegiatan adat kali ini adalah lelang hasil panen pala, yang dipimpin langsung oleh Plt. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST, MT, bersama Kepala Kampung Werfra, Alfret Hindom.

Ratusan warga, pengumpul, dan pemilik kebun pala hadir menyaksikan jalannya lelang. Harga dibuka berdasarkan pasar lokal, namun antusiasme tinggi membuat persaingan penawaran berlangsung sengit. Hasilnya, pala Werfra laku dengan harga fantastis — Rp 550.000 per seribu biji, tertinggi sepanjang tahun ini.

“Lelang ini bukan sekadar transaksi ekonomi, tetapi bentuk penghormatan pada kerja keras petani dan sistem adat yang menjaga keseimbangan alam,” ujar Widhi Asmoro Jati kepada Kabarsulsel-Indonesia.com.

Dorongan Hilirisasi: Petani Diminta Tak Jual Pala Mentah

Dalam kesempatan itu, Widhi juga menyampaikan hasil komunikasi dengan PT Global Spices Papua, yang menyebut harga pala mentah di pasar kota bisa mencapai Rp 45.000 per kilogram. Namun, ia menegaskan agar masyarakat tidak tergoda menjual hasil panen dalam bentuk mentah.

“Pala kering punya nilai jual lebih tinggi. Kita dorong masyarakat Fakfak untuk meningkatkan mutu panen dan pengolahan pasca panen, agar hasilnya sesuai standar Peraturan Bupati,” tegasnya.

Pemerintah daerah, lanjutnya, akan terus mendorong sistem lelang terbuka dan terukur agar petani tidak lagi bergantung pada tengkulak dengan harga sepihak.

Adat, Ekonomi, dan Ekologi Bertemu di Werfra

Proses lelang yang berlangsung di bawah pengawasan langsung pemangku adat dan masyarakat menegaskan prinsip transparansi yang dipegang teguh dalam tradisi Sasi Kerakera. Warga dapat menyaksikan, mencatat, bahkan mengoreksi jika ditemukan pelanggaran dalam proses jual-beli hasil panen.

Selain menjamin harga yang adil dan kompetitif, sistem adat ini juga memperkuat posisi masyarakat lokal sebagai pengelola utama sumber daya alam mereka sendiri.

“Sasi Kerakera bukan larangan semata. Ia adalah mekanisme adat untuk menjaga keseimbangan alam dan kehidupan manusia,” ujar salah satu tetua adat Werfra dengan nada lembut.

Menjaga Keseimbangan dan Kebanggaan Fakfak

Tradisi buka sasi dan lelang pala bukan sekadar kegiatan seremonial tahunan. Ia adalah simbol keberlanjutan, solidaritas, dan kemandirian ekonomi masyarakat pesisir Fakfak. Dalam satu prosesi, adat menjadi pengawas lingkungan, pengatur ekonomi, sekaligus penjaga martabat budaya.

Dari Werfra, aroma pala menyebar membawa pesan kuat: bahwa kemakmuran dapat lahir dari kearifan lokal, ketika manusia berjalan seirama dengan alam.

Komentar