Tim TPP Gencar Sosialisasi, Pengepul Fakfak Diminta Bersabar Tunggu Panen Pala Oktober

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Sepekan terakhir, wajah Fakfak dipenuhi dengan pamflet imbauan yang menempel di kios, dinding pasar, hingga rumah-rumah pengepul pala. Edaran itu bukan sekadar kertas formal berstempel pemerintah, melainkan sebuah peringatan keras: “Jangan membeli pala sebelum waktunya.”

Langkah ini merupakan bagian dari operasi persuasif yang digagas Dinas Perkebunan Fakfak bersama Tim Persuasi Pengepul (TPP). Tim ini bergerak dari wilayah Fakfak Timur, Barat hingga pesisir Kokas, bahkan menyisir kampung-kampung di teluk dan pegunungan. Tujuannya jelas: mengingatkan para pengepul agar bersabar hingga Oktober, bulan resmi panen pala dimulai.

“Kami terus melakukan persuasi, baik melalui sosialisasi langsung maupun pemasangan pamflet. Semua ini untuk menjaga stabilitas harga dan mutu pala Fakfak,” kata Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST, MT, saat ditemui di kantornya.

Hampir setiap pengepul menjadi sasaran kunjungan tim. Dialog intensif dilakukan untuk membangun pemahaman bahwa membeli pala sebelum waktunya sama dengan merusak ekosistem perdagangan. Pala yang dipanen dini, ujar Widhi, belum memiliki kadar minyak dan aroma maksimal. Akibatnya, harga jual jatuh, petani rugi, pedagang pun kehilangan pasar.

Menariknya, di lapangan Tim TPP mendapati sejumlah pengepul yang justru ikut memperkuat imbauan pemerintah. Seorang pengepul, Aroby Rumalolas, bahkan menambahkan tulisan tangan di bawah edaran Bupati: “Dilarang keras beli pala muda, ada sanksi dan kurungan.” Catatan itu menjadi semacam sumpah moral bagi sesama pengepul agar tak tergoda melakukan aksi “curi start”.

Menurut Widhi, praktik pembelian pala muda seringkali memanfaatkan kelemahan ekonomi petani. Dengan modal besar, pengepul tertentu bisa menekan harga dan membuat petani tergoda melepas hasil panen lebih awal.

“Kalau pola ini terus dibiarkan, petani kecil yang paling dirugikan. Harga jatuh, kualitas turun, dan daya saing pala Fakfak di pasar ekspor ikut tercoreng,” tegasnya.

Karena itu, ia menegaskan kembali, Oktober adalah momentum panen yang tepat. Selain mengikuti siklus alam, waktu ini juga selaras dengan pemberlakuan sasi adat kerakera—aturan tradisional masyarakat adat Fakfak dalam menjaga keberlanjutan panen.

Imbauan ini tak sekadar soal harga. Lebih jauh, ia adalah upaya menjaga marwah pala Fakfak sebagai salah satu komoditas unggulan dunia. Dengan distribusi dan penjualan yang teratur, pola tata niaga menjadi sehat, transparan, dan adil. Petani terlindungi, pengepul tetap untung, pedagang mendapat kepastian, dan eksportir bisa membawa nama Fakfak ke pasar global dengan kepala tegak.

Komentar