Opini : Pentingnya Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) Di Semua Jenjang Pendidikan Dalam Kurikulum Nasional 2025

OPINI290 views

Oleh : Gerry Ubra, S.Pd (Guru SMA Negeri 1 Tual)

Kabarsulsel-Indonesia.com | Pendidikan di Indonesia bukan hanya bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa secara intelektual, tetapi juga membentuk manusia Indonesia yang utuh—bermoral, berakhlak, dan berkarakter. Dalam konteks inilah, pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menjadi sangat penting dan relevan untuk dihidupkan kembali di seluruh jenjang pendidikan sebagai bagian integral dari Kurikulum Nasional 2025.

PMP dan Akar Identitas Bangsa

Pancasila merupakan dasar negara, pandangan hidup, serta ideologi pemersatu bangsa Indonesia yang sangat majemuk. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah terbukti mampu menyatukan berbagai suku, agama, ras, dan golongan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, dalam beberapa dekade terakhir, pelajaran PMP yang dulu menjadi pilar utama pembentukan karakter bangsa mulai tergeser, bahkan nyaris hilang dari kurikulum secara utuh.

Ketiadaan pelajaran PMP yang sistematis dan berkelanjutan menyebabkan generasi muda Indonesia tumbuh dengan krisis identitas. Banyak dari mereka yang mengenal Pancasila hanya sebagai hafalan lima sila tanpa pemahaman mendalam dan pengalaman konkret dalam mengamalkannya. Padahal, nilai-nilai Pancasila adalah fondasi moral dan spiritual yang sangat dibutuhkan di era modern ini, di mana arus informasi global, budaya digital, dan perubahan sosial begitu cepat dan tak terkendali.

Tantangan Moral di Era Global

Dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi, tantangan yang dihadapi generasi muda semakin berat. Mereka terpapar pada berbagai nilai asing yang tidak semuanya sejalan dengan kepribadian bangsa. Individualisme, konsumerisme, kekerasan verbal dan visual di media sosial, serta penurunan empati sosial menjadi tantangan nyata yang mengancam masa depan bangsa jika tidak dibentengi dengan nilai-nilai moral yang kuat.

Di sinilah urgensi PMP sebagai mata pelajaran tersendiri kembali menyeruak. PMP bukan sekadar pelajaran nilai, tetapi menjadi sarana internalisasi moral yang sangat penting. Nilai-nilai seperti kejujuran, gotong royong, toleransi, cinta tanah air, serta sikap adil dan demokratis perlu diajarkan secara eksplisit dan ditanamkan sejak dini agar menjadi bagian dari kepribadian peserta didik.

PMP Menjawab Kebutuhan Profil Pelajar Pancasila

Kurikulum Nasional 2025 diarahkan untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila, yaitu peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Semua dimensi profil tersebut secara filosofis berakar pada nilai-nilai Pancasila. Maka, mengajarkan PMP secara sistematis dan kontekstual di semua jenjang pendidikan merupakan cara konkret untuk mewujudkan profil pelajar tersebut.

Tanpa adanya ruang khusus dalam kurikulum, nilai-nilai moral dan karakter hanya menjadi slogan yang tidak berdampak. PMP harus diberikan tempat dan bobot yang setara dengan mata pelajaran lainnya. Ini tidak berarti bahwa PMP harus diajarkan secara dogmatis, tetapi dengan pendekatan yang reflektif, dialogis, dan kontekstual, sehingga siswa tidak hanya memahami nilai, tetapi juga mampu mengamalkannya dalam berbagai situasi kehidupan.

Memperkuat Daya Tahan Sosial dan Budaya Bangsa

Salah satu fungsi utama pendidikan adalah membentuk daya tahan bangsa dalam menghadapi perubahan. PMP yang berakar pada Pancasila akan memperkuat daya tahan sosial dan budaya Indonesia. Di tengah meningkatnya polarisasi politik, penyebaran hoaks, intoleransi antaragama, dan disintegrasi sosial, pendidikan moral menjadi tembok terakhir yang membentengi bangsa dari perpecahan.

Jika generasi muda tidak memahami makna persatuan dan kesatuan bangsa, maka mereka akan mudah terprovokasi oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang bisa merusak tatanan berbangsa dan bernegara. PMP mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan. Sila-sila Pancasila yang saling berkaitan menunjukkan pentingnya keseimbangan antara hak individu dan tanggung jawab sosial.

Menumbuhkan Kepedulian Sosial dan Kepemimpinan Moral

Selain membentuk karakter individu, PMP juga penting dalam membentuk kepemimpinan moral di masa depan. Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang tidak hanya pintar, tetapi juga jujur, adil, dan bertanggung jawab. Pemimpin yang mampu mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan. Semua itu dimulai dari pendidikan moral di bangku sekolah.

Melalui PMP, peserta didik diajak untuk peka terhadap isu-isu sosial di sekitarnya, belajar mengambil keputusan secara etis, serta mengembangkan empati dan semangat pelayanan. Praktik seperti diskusi nilai, simulasi pengambilan keputusan moral, proyek sosial, dan pengabdian masyarakat bisa menjadi bagian dari metode pembelajaran PMP yang kontekstual dan aplikatif.

PMP dan Keterpaduan dengan Pembelajaran Lain

PMP juga tidak harus berdiri sendiri secara kaku. Ia bisa terintegrasi secara lintas disiplin dengan pelajaran lain seperti sejarah, sosiologi, kewarganegaraan, dan bahkan mata pelajaran sains dan teknologi. Misalnya, dalam pelajaran biologi, siswa bisa diajak merefleksikan nilai tanggung jawab terhadap lingkungan. Dalam pelajaran ekonomi, siswa bisa belajar tentang keadilan sosial dan etika distribusi kekayaan.

Namun, agar integrasi ini efektif, PMP harus tetap memiliki identitas dan ruang pembelajaran yang jelas. Kurikulum Nasional 2025 harus secara tegas menetapkan PMP sebagai pelajaran wajib yang diberikan secara berjenjang dan konsisten, dengan capaian pembelajaran yang terukur dan dikembangkan secara dinamis mengikuti kebutuhan zaman.

Kesimpulan: Kembali ke Jati Diri Bangsa

Membangun bangsa bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan tidak boleh hanya mengejar capaian akademik dan keterampilan teknis. Lebih dari itu, pendidikan harus membentuk watak dan kepribadian bangsa.

Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) adalah alat yang tepat untuk mencapai tujuan luhur tersebut. Oleh karena itu, Kurikulum Nasional 2025 harus menempatkan PMP sebagai pilar utama dalam pembentukan karakter peserta didik di semua jenjang pendidikan.

Pelajaran ini bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi kebutuhan mendesak di tengah krisis moral, budaya, dan jati diri yang melanda bangsa. Hanya dengan kembali ke nilai-nilai Pancasila, Indonesia dapat membangun peradaban yang bermartabat dan tahan terhadap gelombang perubahan zaman.

Sudah saatnya kita tidak hanya berbicara tentang pentingnya nilai-nilai luhur bangsa, tetapi mewujudkannya secara nyata dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Moral Pancasila adalah pondasi utama untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya: cerdas, bermoral, dan berjiwa kebangsaan, semoga…

Komentar