Tiakur, Kabarsulsel-Indonesia.com | Ketua Umum DPP Pemuda Pelopor Kedaulatan Bangsa, Pieter Febrian, mendesak pemerintah untuk lebih serius menempatkan isu kepemudaan sebagai prioritas strategis pembangunan.
Menurutnya, era bonus demografi yang sedang dihadapi Indonesia merupakan peluang sekaligus tantangan besar yang tidak boleh diabaikan.
“Kalau tidak dikelola dengan baik, bonus demografi bisa berubah jadi beban demografi. Kita bisa melihat ketidakseimbangan di dunia kerja, meningkatnya pengangguran, bahkan persoalan sosial lain yang lebih kompleks,” kata Pieter dalam keterangan pers di Tiakur.
Pieter menilai selama ini pemerintah masih setengah hati dalam urusan kepemudaan. Ia mengkritik pendekatan yang terlalu birokratis dan kurang fokus pada pengembangan kapasitas dan peran pemuda.
Karena itu, ia mendorong agar pemerintah memisahkan urusan kepemudaan dari bidang-bidang lain yang seringkali membuat fokusnya terpecah.
“Kalau urusan kepemudaan selalu digabung dengan olahraga atau hal lain, fokusnya terpecah. Padahal pemuda itu bukan cuma soal olahraga, tapi bagaimana mereka dipersiapkan untuk mengambil peran strategis dalam pembangunan bangsa,” ujar Pieter.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya membangun ekosistem kebijakan yang menjadikan pemuda sebagai mitra strategis, bukan sekadar objek program seremonial. Pemerintah, kata dia, seharusnya mau berinvestasi serius pada pemuda—layaknya investasi pada sektor ekonomi.
“Jangan anggap investasi hanya urusan bisnis. Investasi terbesar dan paling berharga adalah pada manusia, terutama pemuda. Karena merekalah ujung tombak masa depan bangsa,” tegas Pieter.
Ia juga mengingatkan bahwa keterlibatan pemuda dalam pengambilan keputusan menjadi kunci untuk menciptakan kepemimpinan yang inklusif dan berkelanjutan. Tanpa peran pemuda yang bermakna dalam proses pembangunan, cita-cita kedaulatan bangsa akan sulit dicapai.
Pieter menutup dengan ajakan agar pemerintah daerah maupun pusat segera merumuskan kebijakan yang lebih progresif dan terukur untuk membekali pemuda menghadapi tantangan zaman, sembari memastikan suara mereka didengar dalam proses perencanaan pembangunan.









Komentar