Seruan dari Jantung Papua: Dewan Adat Mbaham Matta Ajak Bangkitkan Harmoni Lewat Konferensi III di Fakfak

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Di tengah denyut Tanah Papua yang penuh keheningan dan kerinduan akan pemulihan, Dewan Adat Mbaham Matta Fakfak menyerukan panggilan nurani kepada seluruh anak negeri, suku-suku asli Papua, serta etnis Nusantara, Tionghoa, dan Arab yang telah lama hidup berdampingan di Fakfak.

Sebuah momentum bersejarah akan digelar: Konferensi III Dewan Adat Mbaham Matta Fakfak, pada 5–10 November 2025 di Gedung KONI Fakfak.

Dengan mengusung tema “Berpijak pada Kebenaran Pencipta, Alam, dan Manusia untuk Pemulihan Negeri Papua”, konferensi ini bukan sekadar forum adat, melainkan kidung spiritual dan kebangkitan kultural yang menghimpun kekuatan 144 marga pusaka dan 22 wilayah adat subkomunal.

Dalam semangat “Satu Tungku Tiga Batu”, masyarakat adat diajak menyatukan diri dalam kebenaran ilahi, kesucian alam, dan keberadaan manusia yang setara dan saling menguatkan.

Domianus Tuturop, Ketua Umum Dewan Adat Mbaham Matta Fakfak, menyampaikan bahwa panggilan ini adalah “seruan dari rahim tanah leluhur” sebuah ajakan untuk menyalakan kembali tungku kebersamaan yang hampir padam.

“Kami menangis, bukan karena lemah, tapi karena cinta pada negeri ini begitu dalam,” ungkapnya penuh haru.

Konferensi ini akan diawali dengan Konferensi Maghi pada 7–8 Mei 2025, diikuti kerapatan 144 marga dan musyawarah 22 wilayah adat subkomunal dari Mei hingga Oktober.

Rangkaian kegiatan ini akan memuncak dalam seremoni budaya yang menggugah: seribu penari menari untuk langit, doa kolektif dari tanah leluhur, hingga napak tilas sejarah Mbaham Matta.

Tak hanya ritual dan musyawarah, konferensi ini juga mengusung misi nyata: menyatukan langkah melindungi budaya, sumber daya alam, dan hak-hak masyarakat adat di tengah dinamika sosial dan ekonomi yang kian kompleks.

Dalam suasana kebersamaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang, masyarakat Papua dan saudara-saudara dari seluruh penjuru negeri diundang untuk menjadi bagian dari sejarah pemulihan ini.

Dari Tanah Mamta hingga Anim-Ha, dari Sumatra hingga Maluku, dari dataran Tiongkok hingga jazirah Arab—semua dipanggil untuk hadir dan membakar tungku solidaritas di Fakfak.

“Mari datang, mari bersatu. Mari menangis, tertawa, dan bermimpi bersama. Sebab Papua bukan sekadar tanah, ia adalah puisi cinta abadi,” pungkas panitia pelaksana dalam Seruan Jiwa yang menggema dari jantung Kasuari.

Writter : Red | Editor : Red

Komentar