Kerohanian Dan Religiusitas Dibalik Bencana Los Angeles: Perspektif Kristen Dan Islam

OPINI1,106 views

Oleh: Pdt. Victor Th Furima, S.Th., M.Si.

Melihat berarti percaya, tetapi kebenaran tergantung pada sudut pandang kita.” Muktiwibawa

 

Kabarsulsel-Indonesia.com | Opini – Bencana alam kerap menjadi peristiwa yang mengundang berbagai tafsir dan perenungan. Kebakaran besar yang melanda Los Angeles, Amerika Serikat, menjadi salah satu contoh nyata dari fenomena ini.

Ada yang mengaitkannya dengan kehendak ilahi, ada pula yang melihatnya sebagai hasil dari kerusakan lingkungan akibat ulah manusia.

Dalam perspektif Kristen dan Islam, peristiwa semacam ini perlu didekati dengan kebijaksanaan dan landasan spiritual yang kokoh.

Perspektif Kristen: Kasih, Bukan Murka Tuhan

Dalam ajaran Kristen, Tuhan adalah kasih. Sebagaimana ditegaskan dalam 1 Yohanes 4:8, “Allah adalah kasih.”

Pandangan ini menekankan bahwa Tuhan tidak terburu-buru menghukum, melainkan mengundang manusia untuk bertobat dan hidup dalam kasih karunia-Nya.

  1. Bencana sebagai Pengingat, Bukan Hukuman
    Dalam Lukas 13:1-5, Yesus menjawab pandangan yang mengaitkan tragedi dengan dosa. Ia menegaskan bahwa mereka yang terkena bencana tidak lebih berdosa daripada yang lain. Sebaliknya, bencana menjadi pengingat bagi semua orang untuk bertobat.
  2. Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan
    Banyak bencana alam, termasuk kebakaran hutan, disebabkan oleh kelalaian manusia. Dalam Kejadian 2:15, manusia dipanggil untuk “mengusahakan dan memelihara” bumi. Ketidaktaatan terhadap tanggung jawab ini sering kali menjadi akar masalah kerusakan lingkungan.
  3. Jangan Cepat Menilai Kehendak Tuhan
    Dalam Yesaya 55:8-9, Tuhan berfirman bahwa jalan-Nya lebih tinggi dari jalan manusia. Mengaitkan bencana seperti kebakaran di Los Angeles dengan tindakan politik tertentu adalah simplifikasi berbahaya yang tidak mencerminkan kasih Tuhan.
  4. Kasih dan Solidaritas sebagai Respons
    Ajaran Kristen menekankan pentingnya doa, bantuan, dan kasih terhadap mereka yang menderita. Dalam Matius 25:40, Yesus berkata, “Apa yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku.”

Perspektif Islam: Hikmah di Balik Bencana

Dalam Islam, Allah adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Bijaksana. Segala sesuatu yang terjadi memiliki hikmah, meskipun manusia sering kali tidak mampu memahaminya sepenuhnya (QS. Al-Baqarah: 216).

  1. Bencana sebagai Ujian, Bukan Hukuman
    Dalam Islam, bencana sering dipandang sebagai ujian bagi manusia (QS. Al-Baqarah: 155-157). Melalui ujian ini, Allah menguji kesabaran dan keimanan umat-Nya.
  2. Manusia sebagai Penyebab Kerusakan di Bumi
    Al-Qur’an menegaskan bahwa kerusakan di bumi sering kali akibat ulah manusia (QS. Ar-Rum: 41). Kebakaran hutan atau bencana alam lainnya sering kali berkaitan dengan kelalaian manusia terhadap amanah lingkungan.
  3. Tidak Berhak Menafsirkan Hukuman Allah
    Islam melarang manusia untuk dengan mudah mengklaim suatu peristiwa sebagai hukuman Allah tanpa wahyu yang jelas (QS. Al-Hujurat: 12). Membuat klaim semacam itu bisa menjadi fitnah dan menimbulkan permusuhan.
  4. Mengutamakan Doa dan Solidaritas
    Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya membantu mereka yang menderita tanpa memandang latar belakang. Solidaritas kemanusiaan menjadi salah satu nilai utama dalam Islam.

Bencana dan Konflik Internasional: Sebuah Pendekatan Bijaksana

Mengaitkan bencana di Los Angeles dengan dukungan Amerika terhadap Israel atau konflik di Gaza adalah kesimpulan yang prematur dan spekulatif.

Baik dalam Islam maupun Kristen, manusia diajarkan untuk tidak cepat menghakimi kehendak Tuhan. Sebaliknya, konflik semacam ini seharusnya menjadi momen untuk merenung dan berdoa bagi perdamaian.

Dalam Mazmur 122:6, umat Kristen diajak untuk “berdoa bagi kesejahteraan Yerusalem,” sementara dalam Islam, perdamaian adalah tujuan utama dalam hubungan antarbangsa.

Kesimpulan: Kasih dan Hikmah di Balik Bencana

Kebakaran di Los Angeles bukanlah hukuman Tuhan atas dukungan Amerika kepada Israel, melainkan sebuah pengingat bagi manusia untuk introspeksi, bertobat, dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan.

Baik Kristen maupun Islam menekankan pentingnya kasih, doa, dan solidaritas dalam menghadapi penderitaan.

Tuhan tidak membalas dendam melalui penderitaan, melainkan mengundang umat-Nya untuk semakin dekat kepada-Nya dengan kasih dan belas kasihan.

Semoga setiap bencana yang terjadi membawa hikmah, menyadarkan manusia akan tanggung jawabnya, dan mempererat hubungan kemanusiaan lintas agama dan budaya.

Komentar