Seminar Nasional di Fakfak: Mengupas Jejak Sejarah Islam di Tanah Papua

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Seminar Nasional bertema “Refleksi Sejarah Dakwah Islam, Mewujudkan Momentum Peradaban Islam di Tanah Papua yang Rahmatan Lil’aalamin” sukses digelar pada Sabtu, 11 Januari 2025, di Gedung Winder Tuare, Fakfak.

Acara ini menjadi ruang dialog yang memperkaya pemahaman tentang sejarah masuknya Islam di Tanah Papua, dihadiri berbagai kalangan, mulai dari akademisi, tokoh adat, tokoh agama, hingga masyarakat umum.

Sambutan Bupati Fakfak yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Fakfak, Drs. Sulaiman Uswanas, mengawali kegiatan dengan pesan penuh makna. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi panitia dan seluruh pihak yang mendukung pelaksanaan seminar ini.

“Kami berharap seminar ini dapat melahirkan kesepakatan dan kesamaan persepsi terkait sejarah masuknya Islam di Papua, baik di kalangan birokrasi, akademisi, tokoh adat, tokoh agama, maupun masyarakat. Perbedaan teori harus menjadi pijakan untuk mengkaji lebih mendalam, bukan menjadi ajang pertentangan,” ungkapnya.

Sejarah Islam di Papua: Berbagai Jalur dan Teori

Dalam paparannya, sambutan tersebut mengupas perjalanan panjang penyebaran Islam di Tanah Papua. Islam masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan non-formal, serta kontribusi para raja dan bangsawan lokal.

Selain itu, interaksi dengan penduduk dari Sumatera, Kalimantan, dan Jawa yang dipindahkan oleh Belanda turut memperkuat penyebaran Islam.

Terdapat sejumlah teori sejarah masuknya Islam di Papua, seperti Teori Papua, Teori Aceh, Teori Arab, Teori Jawa, Teori Banda, dan Teori Bacan.

Salah satu bukti sejarah penting adalah pengaruh Kerajaan Bacan yang membawa Islam ke wilayah seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati pada abad ke-16.

Seminar ini juga menyoroti peninggalan bersejarah seperti tradisi lisan, manuskrip kuno dari Raja Ampat, dan masjid tua seperti Masjid Patimburak di Fakfak yang menjadi saksi perjalanan Islam di Papua.

Menciptakan Perspektif Bersama

Seminar ini menekankan pentingnya dialog dan sinergi antara berbagai pihak untuk menyamakan persepsi sejarah Islam di Papua.

Akademisi diharapkan dapat lebih jeli dalam mengumpulkan dan memanfaatkan sumber sejarah, sehingga sejarah Islam dapat dipahami secara mendalam dan objektif.

Sebagai penutup, Drs. Sulaiman Uswanas menyampaikan harapan besar agar seminar ini menjadi pijakan awal untuk terus menggali sejarah Islam di Papua dan membangun harmoni antarumat beragama di Tanah Papua.

“Sejarah masuknya Islam di Papua ibarat air yang mengalir, datang dari berbagai arah dan waktu. Semoga melalui pendekatan akademis yang objektif, sejarah ini dapat menjadi landasan mempererat persatuan dan kemajuan bersama,” tutupnya.

Acara ini dihadiri berbagai tokoh nasional dan daerah, yang semuanya berkomitmen menjadikan sejarah Islam di Papua sebagai bagian penting dari peradaban Islam yang rahmatan lil’aalamin.

Komentar