Ambon, Kabarsulsel-Indonesia.com | Aktivis muda Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Siprianus Buarleli, melontarkan kritik keras terhadap kampanye Pasangan Calon (Paslon) Bupati KKT nomor urut 4, dr. Julianus A. Uwuratuw. Ia menilai narasi kampanye yang disampaikan dr. Julianus tidak hanya provokatif, tetapi juga mengabaikan etika komunikasi politik yang sehat.
Berdasarkan rilis yang diterima media ini, Jumat (15/11/2024), Siprianus menegaskan bahwa narasi negatif dalam kampanye dr. Julianus tidak mendidik dan justru memperkeruh situasi politik.
“Narasi negatif seperti ini harus dihindari. Kampanye semestinya menjadi sarana edukasi dan komunikasi politik yang membangun. Bukan menyerang, apalagi memperburuk hubungan sosial di tengah masyarakat,” tegasnya.
Siprianus mengingatkan bahwa seorang calon pemimpin memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan informasi yang beretika dan tidak menyulut polarisasi.
“Jika narasi kampanye hanya dipenuhi kritik destruktif terhadap pihak lain, maka yang terjadi adalah memperdalam ketegangan politik, bukan membangun konsolidasi demokrasi,” ujarnya.
Kritik ini muncul setelah beredarnya video kampanye dr. Julianus di salah satu desa di Kecamatan Tanimbar Utara. Dalam video tersebut, dr. Julianus menyerang Pj. Bupati sebelumnya, Piterson Rangkoratat, dengan tudingan lebih sibuk mencalonkan diri daripada fokus membangun daerah.
“Pejabat Bupati sebelumnya hanya jual tampang untuk jadi calon bupati. Seharusnya dia bangun daerah ini, jemput program pembangunan seperti bendungan. Tapi dia lebih memilih sibuk kampanye pribadi,” ujar dr. Julianus dalam video yang beredar luas di media sosial.
Pernyataan ini menuai respons keras dari masyarakat, yang menilai bahwa kampanye seharusnya fokus pada visi, misi, dan program kerja, bukan menyerang personal kandidat lain.
Siprianus pun menutup kritiknya dengan menegaskan pentingnya etika dalam komunikasi politik. “Pemilu adalah wujud kedaulatan rakyat. Rakyat membutuhkan pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan etis, bukan menabur benih konflik melalui narasi provokatif,” tandasnya.
Kontroversi ini menjadi pengingat bahwa narasi kampanye yang bermutu tidak hanya mencerminkan karakter kandidat, tetapi juga menentukan arah demokrasi yang sehat di KKT.
Komentar