Fauzan Minta Pemkab Sediakan Lahan Clean And Clear Yang Diserahkan Kepada Kementerian PU Lewat Balai Wilayah Sungai

Ambon, Daerah, Maluku, NEWS195 views

Ambon, Kabarsulsel-Indonesia.com; Kejadian banjir ini bukan saja kejadian memprihatinkan. Karena dimulai  tidak  cukup dengan langkah-langkah parsial yang hari ini  dilakukan. Sudah berapa kali kita melakukan rapat bahkan atas desakan Komisi III DPRD provinsi pemerintah pusat itu sudah mengalokasikan anggaran SBSN sebesar 67 miliar dengan tema yang komprehensif namanya penanganan  banjir Bula dan dalam hal ini Pemerintah Kabupaten punya kewajiban untuk menyediakan lahan Clean And Clear  yang sampai hari ini belum beres.

Hal ini disampaikan Anggota DPRD Provinsi Maluku Dapil SBT Fraksi PKS Fauzan Alkatiri diruang kerjanya, kantor DPRD Maluku, Selasa [18/7/2023].

Menurutnya, sudah hampir 2 tahun Masalah ini tidak mampu diselesaikan. Ini menjadi keperihatnan kita. masyarakat tidak boleh kemudian dibiarkan berlarut dengan masalahnya tanpa ada jalan keluar yang segera diambil oleh pemerintah.

Saya meminta atau mendorong agar pemerintah Kabupaten segera untuk menyediakan lahan Clean and Clear yang diserahkan kepada kementerian  PU lewat Balai Wilayah Sungai dan kemudian anggaran ini bisa  berbuah manfaat untuk penanganan banjir bula, tandanya.

Kita tahu kejadian banjir Bula ini adalah luapan dari sungai Wai Kabu-kabu  yang kemudian sudah ditutupi oleh bangunan-bangunan, bisa dikatakan bangunan liar yang dilakukan tanpa IMB, dan luapan itu yang kemudian butuh kolam retensi agar mampu menahan dan mengatur Debit air yang turun ke Muara, urai Fauzan.

Terkait dengan penanganan infrastruktur, saya sampaikan bahwa kejadian Jembatan putus yang terjadi di way kawanua itu adalah akumulasi dari ketidakberesan proses perencanaan pelaksanaan sampai pada pemeliharaan.
Kita tahu Kawanua ini hanya berumur  7 tahun, padahal umur jembatan normal menurut penjelasan dari komite keselamatan jembatan sampai 30 tahun. setiap tahun ada anggaran untuk pemeliharaan lalu anggaran itu dikemanakan kenapa kemudian pemeliharaan rutin yang mestinya sudah menjadi prediksi dari  pihak-pihak yang terkait itu tidak dilaksanakan secara baik, tangannya.

Kesimpulannya lanjut Fauzan, adalah akumulasi dari ketidak beresan proses di Perencanaan maupun pemeliharaan. kita tidak mampu, tidak bisa menyalakan kondisi alam hari ini karena  bukan pertama terjadi. setiap tahun ada jembatan putus di Pulau Seram akibat hujan ekstrim. cuaca ekstrim itu bukan hal baru itu sudah biasa terjadi di sungai-sungai di Pulau Seram. Bahwa kemudian kita membangun sebuah perencanaan tanpa memprediksikan situasi alam yang seperti ini, itu tolol namanya bagi saya kesalahannya itu yang harus ditelusuri.

kemudian langkah-langkah perundingan tentu ini paralel dengan langkah-langkah perbaikan dan pencarian jalan keluar terhadap masalah yang timbul. jembatan putus ini efeknya banyak sampai kepada inflasi di daerah. Masalah akses masyarakat kesehatan dan lain-lain. ini Jangan dianggap masalah yang sederhana.
itu yang saya bilang setiap jembatan yang dibangun, hari ini harus ada rekomendasi dari komite keselamatan jembatan, mana itu diletakkan, ungkapnya.

Hari pertama kejadian di Kawanua, malamnya kita langsung berkoordinasi dengan kepala Balai jembatan, saya apresiasi juga kepala Balai jembatan karena hari pertama besoknya beliau sudah langsung ada di lokasi kejadian untuk memantau itu. Tapi sebagai bahan evaluasi jika setiap tahapan pembangunan jembatan itu di seriusi, dimaksimalkan maka niscaya kejadian-kejadian serupa tidak akan terjadi.

Kita  tahu cuaca ekstrem itu bukan hanya terjadi di Pulau Seram,  hampir setiap pulau di Indonesia itu pernah mengalami situasi yang sama tidak akan punya efek Baik jika dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan  mampu dimaksimalkan, pungkasnya.

Komentar